MAKALAH TENTANG
BANI ABBASIYAH
Kel :
Holifatul jannah
Dian mardiana
Kurniawan
Sekolah
Menengah Pertama
Al - Ghazali
Periode 2014-2015
SEJARAH BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH
Dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasyiah,sebagaimana
disebutkan,melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Dinasti
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan
Al-Abbas paman nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah
al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang,dari tahun 132 H (750 M) s/d 656 H
(1258). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.[2]Ketika Dinasti Umayyah berkuasa Bani
Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan. Bani Abbas telah mulai
melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz
(717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal liberal dan memberikan toleransi
pada kegiatan keluarga Syi’ah. Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari
Bani abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim al-Imam,
yang semuanya mengalami kegagalan, meskipun belum melakukan gerakan yang
bersifat politik. Sementara itu Ibrahim meninggal dalam penjara karena
tertangkap, setelah menjalani hukuman kurungan karena melakukan gerakan makar.
Barulah usaha perlawanan itu berhasil ditangan Abu Abbas, setelah melakukan
pembantaian terhadap seluruh Bani Umayyah, termasuk khalifah Marwan II yang
sedang berkuasa.[3]Orang-orang Abbasiyah,sebut saja
Bani Abbas merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam,
sebab mereka adalah keturunan Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih
dekat dengan Nabi. Menurut mereka,orang-orang Umayyah secara paksa menguasai
kekhalifahan melalui tragedi perang siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan
Dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa dalam bentuk
pemberontakan terhadap Bani Umayyah.[4]Propaganda Abbasiyah dilaksanakan
dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi Imam
Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah,
gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad.
Ibrahim tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran
sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya yaitu Abul Abbas
untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu ia akan dibunuh dan memerintahkan
untuk pindah ke Kufah. Dan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah[5]Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin
Umar bin Hubairah ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah
selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan. Abdullah bin Ali, salah
seorang paman Abul abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah
terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri. Khalifah
ini terus menerus melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir dan akhirnya
terbunuh di Busir wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M. dengan demikian maka
tumbanglah kekuasaan dinasti Umayyah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang
dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shafah.[6] dengan
pusat kekuasaan awalnya di Kufah.Pergantian kekuasaan Dinasti Umayyah
oleh Dinasti Bani Abbasiyah diwarnai dengan pertumpahan darah. Meskipun
kedua dinasti ini berlatar belakang agama Islam, akan tetapi dalam pergantian
posisi pemerintahan melalui perlawanan yang panjang dalam sejarah Islam.Dalam sejarah berdirinya Daulah
Abbasiyah, menjelang akhir Daulah Amawiyah I, terjadi bermacam-macam kekacauan
yang antara lain disebabkan:
1. Penindasan
yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim pada umumnya.
2. Merendahkan
kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan
dalam pemerintahan.
3. Pelanggaran
terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan terang-terangan.[7]Oleh karena itu, logis kalau Bani Hasyim mencari jalan
keluar dengan mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Amawiyyah.
Gerakan ini menghimpun[8]
a) Keturunan
Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Salamah
b) Keturunan
Abbas (Abbasiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Iman
c) Keurunan
bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany.Mereka memusatkan kegiatannya di
Khurasan. Dengan usaha ini, pada tahun 132 H/750 M tumbanglah Daulah Amawiyah
dengan terbunuhnya Marwan ibn Muhammad, Khalifah terakhir. Dengan terbunuhnya
Marwan mulailah berdiri Daulah Abbasiyah dengan diangkatnya Khalifah pertama,
Abdullah ibn Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun [132-136
H/750-754.[9]Pada awalnya kekhalifahan Abbasiyah
menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu as-Saffah
(750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Khalifah penggantinya, Abu Ja’far
al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Daulah
Abbasiyah mengalami pergeseran dalam mengembangkan pemerintahan. Sehingga
dapatlah dikelompokkan masa daulah Abbasiyah menjadi lima periode sehubungan
dengan corak pemerintahan. Sedangkan menurut asal- usul penguasa selama masa
508 tahun Daulah Abbasiyah mengalami tiga kali pergantian penguasa. Yaitu Bani
Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Saljuk.
POLA PEMERINTAHAN ABBASIYAHKekhalifahan Bani Abbas bertumpu
pada banyak sistem yang pernah dipraktekkan oleh bangsa-bangsa sebelumnya baik
yang muslim maupun non-muslim. Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan
oleh khalifah kedua, Abu Ja’far Al-Mansur yang dikenal sebagai pembangun
khilafah tersebut. Sedangkan sebagai pendiri Abbasiyah ialah Abul Abbas
as-Shaffah. Dukungan dan sumbangan bangsa Persia kentara sekali ketika
Abbasiyah berdiri dengan munculnya Abu Muslim Al-Khurrasani dan memang wilayah
operasional bangsa ini berada di bekas reruntuhan kerajaan Persia. Kebangkitan
orang-orang Persia itu antara lain juga karena sudah bosannya mereka terhadap
kebijaksanaan pemerintah Umayyah yang diskriminatif terhadap bangsa non-Arab
yang menjadikan mereka warga negara kelas dua (kaum mawalli). Maka tidak
mengherankan bila kekhalifahan Abbasiyah mengambil nilai-nilai Persia dalam
sistem pemerintahannya. Bangsa Persia mempercayai adanya hak
agung raja-raja yang didapat Tuhan, oleh karena itu para khalifah Abbasiyah
memperoleh kekuasaan untuk mengatur negara langsung dari Allah bukan dari
rakyat yang berbeda dari sistem kekhalifahan yang diterapkan oleh
Khulafaurrasyidin yang dipilih oleh rakyat. Kekuasaan tertinggi mereka
diletakkan pada ulama, sehingga pemerintahannya merupakan sistem teokrasi[10] Pada periode pertama, pemerintahan
Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul
tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus.
Kemakmuran rakyat mencapai tingkat tertinggi. Setelah pemerintahan Abul
Abbas (750-754 M) yang relatif sangat singkat, dilanjutkan dengan pemerintahan
Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M). dengan keras dia hadapi lawan-lawannya dari
Umayyah, Khawarij, dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. Pada mulanya
ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun untuk lebih
memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, Al-Manshur
memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru di bangunnya, yaitu Baghdad.
Disini Al-Mansur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia
mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan
yudikatif. Di bidang pemerintahn ini, dia menciptakan tradisi baru dengan
mengangkat seorang wazir sebagai koordinator
departemen. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara
dan kepolisian disamping membenahi angkatan bersenjata.Popularitas daulah Abbasiyah
mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan putranya
Al-Ma’mun (813-833 M). tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada
zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya.
Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan
tak tertandingi.Selama dinasti Abbasiyah berkuasa,
pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan
politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan tersebut, para sejarawan
biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah dalam empat periode :1. Masa
Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H/750
M sampai meninggalnya daulah khalifah Al-Watsiq 232 H/847 .2. Masa
Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai
berdirinya daulah Buwaihiyah di Baghdad tahun 334 H/946 M3. Masa
Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H sampai
masuknya kaum Saljuk ke Baghdad tahun 447 H/1055 M4. Masa
Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad tahun 447 H/1055 M
sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan
tahun 656 H/1258 MDalam sudut pandang lain, dikatakan
bahwa perkembangan daulah Abbasiyah dibagi menjadi tiga periode, yakni pertama,
tahun 132-232 H dimana para khalifah Abbasiyah berkuasa penuh. Semua wilayah
Islam berada di tangan kekuasaan Abbasiyah terkecuali Andalusia yang ada di
bawah Bani Umayyah. Kedua, tahun 232-590 H tatkala kekuasaan para
khalifah Abbasiyah sebenarnya berada di tangan orang lain yakni di tangan
orang-orang Turki (Atrak), Bani Buwaih dan Bani Saljuk. Ketiga,
tahun 590-659 H kembalinya kekuasaan Abbasiyah di tangan mereka tetapi wilayah
kekuasaannya menyempit, yaitu hanya di sekitar Baghdad saja.
PARA KHALIFAH DINASTI ABBASIYAHSistem pengangkatan putra mahkota
dalam dinasti ini, mengikuti cara Dinasti Bani Umayyah. Namun
ada pemakaian gelar bagi para khalifahnya, seperti Abu Ja’far. Ia memakai
gelar Al-Manshur. Para khalifah bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah, mereka
adalah :
NO
|
KHALIFAH
|
NO
|
KHALIFAH
|
1
|
Abul Abbas Ash-Shafah
|
20
|
Abul abbas Ahmad Ar-Radi
|
2
|
Abu Ja’far Al-Manshur
|
21
|
Abu Ishaq Iabrahim Al-Muttaqi
|
3
|
Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi
|
22
|
Abul Qasim Abdullah Al-Mustaqfi
|
4
|
Abu Muhammad Musa Al-Hadi
|
23
|
Abul Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti
|
5
|
Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid
|
24
|
Abul Fadl Abdul Karim At-Thai
|
6
|
Abu Musa Muhammad Al-Amin
|
25
|
Abul Abbas Ahmad Al-Qadir
|
7
|
Abu Ja’far Abdullah Al-Ma’mun
|
26
|
Abu Ja’far Abdullah Al-Qaim
|
8
|
Abu Ishaq Muhammad Al-Mu’tashim
|
27
|
Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi
|
9
|
Abu Ja’far harun Al-Watsiq
|
28
|
Abul Abbas Ahmad Al-Mustadzir
|
10
|
Abu Fadl ja’far Al-Mutawakil
|
29
|
Abu Manshur Al-Fadl Al-Mustarsyid
|
11
|
Abu Ja’far Muhammad Al-Muntashir
|
30
|
Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid
|
12
|
Abul Abbas Ahmad Al-Musta’in
|
31
|
Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi
|
13
|
Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’taz
|
32
|
Abul Mudzafar Al-Mustanjid
|
14
|
Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi
|
33
|
Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi
|
15
|
Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid
|
34
|
Abul Abbas Ahmad An-Nasir
|
16
|
Abuk Abbas Ahmad Al-Mu’tadid
|
35
|
Abu Nasr Muhammad Az-Zahir
|
17
|
Abul Muhammad Ali Al-Muktafi
|
36
|
Abu Ja’far Al-Mansur Al-mustansir
|
18
|
Abul Fadl Ja’far Al-Muqtadir
|
37
|
Abu Abdullah Al-Mu’tashim Billah
|
19
|
Abu Mansur Muhammad Al-Qahir
|
EXPANSI WILAYAH DINASTI ABBASIYAHBani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh orang Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan dunia Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah yang mengaku bahwa anak perempuannya adalah keturunan Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun kemudian, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kemudian mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.Untuk lebih jelasnya tentang wilayah Dinasti Abbasiyah ini dapat dilihat pada peta berikut ini.
RUNTUHNYA DINASTI ABBASIYAHMenurut Dr. Badri yatim, M.A.,[12] diantara hal yang menyebabkan kemunduran daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikuta. Persaingan Antar bangsaKhilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa bani Umayyah berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khilafah Abbasiyah berdiri. b. Kemerosotan EkonomiKhilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik.c. Konflik KeagamaanFanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan kebangsaan. Konflik yang muncul menjadi isu sentra sehingga menyebabkan perpecahan. Berbagai alirn keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus Sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.d. Perang SalibMerupakan sebab dari eksternal umat Islam. Perang salib yang berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara Salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.e. Serangan Bangsa MongolKebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah seolah hanyut dibawa sungai Tigris, setelah kota itu dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah Hulagu Khan pada tahun 1258 M. semua bangunan kota termasuk istana emas tersebut dihancurkan pasukan Mongol, meruntuhkan perpustakaan yang merupakan gudang ilmu, dan membakar buku yang ada di dalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk dan pada tahun 1508 M oleh tentara kerajaan Syafawi. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga berubahlah warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu. Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.
KESIMPULAN1. Orang-orang Abbasiyah,sebut saja Bani Abbas merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah keturunan Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka,orang-orang Umayyah secara paksa menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa dalam bentuk pemberontakan terhadap Bani Umayyah.Disamping itu mereka sudah bosan dengan perlakuan-perlakuan yang menurut mereka sangat diskriminatif anatara lain Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim pada umumnya,Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan dan Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan terang-terangan.2. Selama dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-bedasesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan tersebut, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah dalam empat periode :- Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai meninggalnya daulah khalifah Al-Watsiq 232 H/847 .- Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai berdirinya daulah Buwaihiyah di Baghdad tahun 334 H/946 M- Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad tahun 447 H/1055 M3. Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan selama kurang lebih 5 abad dengan dipimpin oleh 37 khalifah dan khalifah yang paling terkenal adalah Al-Makmun dan Harun Arrasyid.4. Khalifah Abbasiyah mempunyai wilayah yang sangat luas mualai dari Asia Barat( Irak,Iran dan beberapa Negara yang sekarang berada di wilayah jazirah Arab).Beberapa Negara di wilayah Afrika Utara dan juga Eropa.5. Bani Abbasiyah runtuh pada tahun 1258 setelah diserang oleh tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar